Education

Jejak Sejarah Pemindahan Keraton Surakarta: Dari Kartasura Menuju Tanah Harapan Baru

Jejak Sejarah Pemindahan Keraton Surakarta: Dari Kartasura Menuju Tanah Harapan Baru

Baca Juga : Mengungkap Misteri Lubang Hitam, Fenomena Luar Angkasa yang Penuh Teka-Teki

Faktor politik juga turut menjadi pertimbangan penting. Pemerintah VOC (Belanda) yang kala itu memiliki pengaruh besar di Jawa, sangat mendukung pemindahan keraton ke tempat yang lebih mudah dijangkau dari Semarang. Hal ini akan memudahkan pengiriman bala bantuan dan pengawasan dari pihak kolonial terhadap pemerintahan kerajaan. Oleh karena itu, Keraton Surakarta dibangun bukan hanya atas dasar pertimbangan tradisional, tetapi juga pertimbangan modern dan geopolitik saat itu.

Prosesi Pemindahan Keraton

Pemindahan pusat kekuasaan dari Kartasura ke Keraton Surakarta bukanlah sekadar perpindahan fisik, melainkan prosesi besar yang disusun secara sakral dan penuh simbolisme. Atas perintah Susuhunan Pakubuwana II, proses ini dirancang oleh Tumenggung Secayudha dan Kyai Ageng Derpayudha, yang menetapkan urutan-urutan ritual serta pengaturan teknis perjalanan menuju lokasi baru. Ini bukan sembarang perjalanan, melainkan peristiwa sejarah yang kelak dikenang sebagai awal mula berdirinya Surakarta Hadiningrat.

Prosesi pemindahan dilakukan pada hari Rabu Pahing, tanggal 17 Sura tahun Jawa 1670 atau bertepatan dengan 20 Februari 1745. Dalam Babad Giyanti I, peristiwa ini disebutkan dengan candra sengkala “Kumbuling Pudya Kapyarsih ing Nata”, yang menandai momentum penting dalam sejarah Keraton Surakarta. Susuhunan dan rombongan kerajaan berjalan dari Kartasura menuju Desa Sala dengan membawa berbagai perlengkapan kerajaan, simbol-simbol kekuasaan, serta benda pusaka.

Setibanya di lokasi baru, Susuhunan Pakubuwana II langsung meresmikan pembangunan Keraton Surakarta. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, bangunan keraton mulai berdiri megah, menjadi simbol dari era baru yang penuh harapan. Desa Sala pun secara resmi diubah namanya menjadi Surakarta Hadiningrat. Perubahan nama ini tidak hanya menggambarkan pergeseran geografis, tetapi juga semangat baru untuk menciptakan kerajaan yang lebih kuat, bersih dari sejarah kelam, dan siap menghadapi masa depan.

Makna Filosofis di Balik Nama “Surakarta Hadiningrat”

Penamaan Surakarta bukan keputusan sembarangan. Dalam bahasa Jawa, kata “sura” berarti keberanian, sedangkan “karta” berarti kemakmuran atau kesempurnaan. Dengan demikian, Keraton Surakarta dimaknai sebagai tempat berkumpulnya orang-orang pemberani yang berjuang demi kemakmuran negeri. Pemilihan nama ini sekaligus menjadi bentuk perlawanan simbolik terhadap masa lalu kelam di Kartasura, sekaligus harapan untuk masa depan yang cerah.

Lebih jauh lagi, Keraton Surakarta menjadi lambang dari pemulihan martabat kerajaan Jawa yang sempat tercoreng oleh pemberontakan. Dengan membalik nama dari “Kartasura” menjadi “Surakarta”, kerajaan seolah ingin menghapus memori negatif sekaligus membangun identitas baru yang lebih kuat dan berwibawa. Ini adalah langkah simbolis dan strategis yang sangat penting dalam sejarah Jawa.

Sejak saat itu, Keraton Surakarta tidak hanya menjadi tempat tinggal raja dan pusat pemerintahan, tetapi juga pusat budaya, spiritualitas, dan warisan leluhur. Bahkan hingga hari ini, Keraton Surakarta tetap aktif dalam menjalankan upacara-upacara adat, menjadi destinasi wisata sejarah, serta menjaga warisan budaya Jawa yang luhur.

Baca Juga : Daftar Lowongan Magang Mahasiswa di Berbagai Perusahaan Besar Siap Kamu Lirik!

Seiring berjalannya waktu, Keraton Surakarta tetap menjadi bagian penting dalam sejarah dan kebudayaan Indonesia. Kisah pemindahan dari Kartasura ke Surakarta adalah salah satu bukti bahwa dalam setiap keruntuhan selalu ada peluang untuk bangkit dan memulai yang baru. Bangunan keraton yang berdiri megah hingga kini bukan hanya menjadi saksi bisu perjalanan masa lalu, tetapi juga pengingat akan pentingnya kebijakan, spiritualitas, dan keberanian dalam mengambil keputusan besar.

Kini, Keraton Surakarta menjadi tempat yang tidak hanya dikunjungi karena keindahannya, tetapi juga karena nilai-nilai sejarah yang terkandung di dalamnya. Dengan memahami latar belakang dan alasan pemindahan keraton ini, kita jadi lebih menghargai warisan budaya yang dimiliki bangsa ini. Semoga kisah kejayaan Keraton Surakarta terus hidup di hati masyarakat dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang untuk menjaga serta melestarikan budaya leluhur dengan penuh kebanggaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Komunitas Aneka Jateng

Related posts

Mengenal Lebih Dekat Apa Itu Program Kuliah Kerja Nyata (KKN)

Imam

AI in Education: Enhancing Learning through Personalized Teaching

Editor

Pulau Kepala Batu, Keajaiban Moai di Pulau Paskah

Imam

1 comment

Wayang Kulit, Warisan Budaya Jawa Tengah yang Sarat Makna dan Nilai Kehidupan - Aneka Jateng June 9, 2025 at 18:16

[…] Jejak Sejarah Pemindahan Keraton Surakarta: Dari Kartasura Menuju Tanah Harapan BaruMay 31, 2025May 31, 20258983 […]

Reply

Leave a Comment