Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal mengalami beberapa tanda di atas, sangat disarankan untuk segera mencari bantuan medis atau psikologis.
Penyebab Gangguan Makan Anoreksia
Tidak ada satu penyebab tunggal dari Gangguan Makan Anoreksia, melainkan kombinasi dari berbagai faktor biologis, psikologis, dan sosial. Berikut adalah beberapa faktor utama yang bisa memicu anoreksia:
1. Faktor Biologis
Faktor genetik menjadi salah satu faktor utama yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami Gangguan Makan Anoreksia. Jika seseorang memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan makan, kemungkinan besar mereka juga berisiko mengalami kondisi yang sama.
Gen yang diwariskan dapat memengaruhi bagaimana tubuh mengatur nafsu makan, metabolisme, dan reaksi terhadap stres, yang semuanya dapat berkontribusi terhadap perkembangan anoreksia. Studi menunjukkan bahwa individu dengan riwayat keluarga yang memiliki gangguan makan memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami masalah serupa dibandingkan mereka yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan gangguan tersebut.
Selain faktor genetik, ketidakseimbangan hormon juga dapat menjadi pemicu utama Gangguan Makan Anoreksia. Hormon serotonin dan dopamin, yang bertanggung jawab dalam mengatur suasana hati dan nafsu makan, sering kali mengalami gangguan pada penderita anoreksia.
Ketika kadar serotonin terlalu tinggi, seseorang dapat mengalami peningkatan kecemasan, yang kemudian dapat mendorong mereka untuk mengontrol makanan dengan lebih ketat. Sebaliknya, gangguan pada dopamin dapat menyebabkan penderita mengalami gangguan dalam mengatur respons terhadap rasa senang dan penghargaan, sehingga mereka merasa puas ketika berhasil membatasi asupan makanan mereka. Kondisi ini memperburuk siklus anoreksia dan membuat pemulihan menjadi lebih sulit tanpa intervensi medis yang tepat.
Baca Juga : Menelusuri Kepribadian Seseorang Melalui Media Sosial
2. Faktor Psikologis
Perfeksionisme adalah faktor psikologis yang sering dikaitkan dengan Gangguan Makan Anoreksia. Penderita memiliki kecenderungan untuk selalu ingin tampil sempurna dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam hal bentuk tubuh.
Mereka menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri mereka sendiri dan sering merasa tidak pernah cukup kurus, meskipun berat badan mereka sudah jauh di bawah batas normal. Perfeksionisme ini sering kali dipicu oleh tekanan sosial dan harapan yang tidak realistis dari lingkungan sekitar, seperti keluarga, teman, atau media sosial.
Trauma atau tekanan emosional juga dapat menjadi pemicu utama anoreksia. Pengalaman buruk seperti bullying, pelecehan, atau tekanan dari keluarga terkait berat badan dapat meninggalkan dampak emosional yang mendalam.
Banyak penderita anoreksia yang mengembangkan gangguan ini sebagai bentuk respons terhadap pengalaman negatif yang membuat mereka merasa tidak memiliki kendali atas hidup mereka. Mengontrol makanan dan berat badan kemudian menjadi satu-satunya hal yang bisa mereka kendalikan, meskipun tindakan ini merugikan kesehatan mereka sendiri.
Selain itu, gangguan kecemasan dan depresi sering kali muncul bersamaan dengan anoreksia. Penderita mungkin merasa cemas yang berlebihan terhadap citra tubuh mereka dan mengalami tekanan psikologis yang berat.
Depresi yang dialami bisa menyebabkan mereka kehilangan motivasi untuk menjalani hidup dengan sehat dan lebih memilih untuk terus membatasi makanan. Kecemasan yang tinggi juga dapat membuat mereka semakin terobsesi dengan angka di timbangan, sehingga menciptakan siklus berbahaya yang sulit diputus tanpa bantuan profesional.
3. Faktor Sosial dan Budaya
Tekanan sosial untuk memiliki tubuh ideal sering kali menjadi faktor utama yang memicu Gangguan Makan Anoreksia. Media sosial dan industri fashion sering kali mempromosikan standar kecantikan yang tidak realistis, di mana tubuh yang kurus dianggap sebagai bentuk tubuh yang ideal.
Baca Juga : Ciri-Ciri Orang yang Kesepian : Dari Luar Terlihat Bahagia, di Dalam Tersiksa
Hal ini dapat menciptakan tekanan besar bagi individu, terutama remaja dan wanita muda, untuk memenuhi ekspektasi yang tidak sehat. Mereka mungkin mulai membandingkan diri mereka dengan model atau selebriti yang sering kali tampil dengan tubuh yang sudah melalui berbagai proses editing digital, sehingga menciptakan standar kecantikan yang tidak realistis.
Pengaruh keluarga juga memainkan peran yang signifikan dalam perkembangan anoreksia. Pola asuh yang terlalu menekankan pentingnya berat badan atau menuntut diet ketat sejak usia dini dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan makan.
Jika anggota keluarga sering mengomentari bentuk tubuh atau pola makan seorang anak dengan cara yang negatif, anak tersebut dapat mengembangkan rasa tidak percaya diri terhadap tubuhnya sendiri. Selain itu, adanya tekanan dalam keluarga untuk mencapai kesempurnaan, baik dalam penampilan maupun aspek kehidupan lainnya, dapat memperburuk kondisi ini.
Stigma atau bullying terkait bentuk tubuh juga dapat menjadi faktor pemicu utama anoreksia. Seseorang yang sering diejek atau dihina karena bentuk tubuhnya, baik oleh teman sebaya, keluarga, atau bahkan orang asing di media sosial, dapat mengalami penurunan harga diri yang signifikan.
Rasa tidak cukup baik dengan tubuh sendiri bisa menyebabkan mereka mulai melakukan diet ketat secara berlebihan hingga akhirnya berkembang menjadi Gangguan Makan Anoreksia. Lingkungan sosial yang mendukung dan bebas dari stigma sangat diperlukan untuk mencegah dan membantu pemulihan dari gangguan makan ini..
Gangguan Makan Anoreksia adalah kondisi serius yang membutuhkan perhatian khusus. Mengenali tanda-tanda, memahami penyebabnya, serta mencari strategi pemulihan yang tepat sangat penting untuk membantu mereka yang mengalaminya.
Jika kamu atau orang terdekatmu mengalami tanda-tanda anoreksia, jangan ragu untuk mencari bantuan. Ingat, kesehatan jauh lebih penting daripada memenuhi standar kecantikan yang tidak realistis. Kamu berharga, dengan atau tanpa ukuran tubuh tertentu!