EducationLifestyle

Menggali Makna Mendalam Hari Ibu di Indonesia

Hari Ibu 2023

Hari Ibu di Indonesia, yang diperingati setiap tanggal 22 Desember, bukan sekadar sebuah perayaan biasa. Perayaan ini memiliki akar sejarah yang kuat, dimulai dari Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938 di Bandung. Kongres ini menjadi tonggak penting dalam menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu, sebuah peringatan yang tidak hanya mencakup penghargaan kepada ibu, tetapi juga menyimpan makna mendalam dalam peran perempuan dalam keluarga dan masyarakat.

Pada tahun 1938, Bandung menjadi saksi sejarah bagi perempuan Indonesia ketika diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia III. Kongres ini bukanlah sembarang pertemuan; sebaliknya, kongres tersebut dihadiri oleh perwakilan perempuan dari seluruh penjuru Indonesia. Tidak hanya menjadi wadah bagi aspirasi perempuan, Kongres Perempuan Indonesia III juga mencatat sebuah keputusan monumental yang akan membentuk identitas perayaan nasional di masa depan. Salah satu hasil dari kongres ini adalah penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu, sebuah momen yang kemudian akan menjadi puncak penghormatan terhadap peran ibu dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa.

Baca Juga : Mengenang Kemenangan dan Pengorbanan: Hari Infanteri, Puncak Peringatan Pertempuran Ambarawa

Setahun setelah Kongres Perempuan Indonesia III, tepatnya pada tahun 1939, Indonesia pertama kali merayakan Hari Ibu. Peringatan perdana ini tidak sekadar menjadi tanggal merah dalam kalender, melainkan diselenggarakan dengan berbagai kegiatan yang mengangkat nilai-nilai perempuan. Seminar, diskusi, dan perlombaan menjadi elemen-elemen kunci dalam peringatan tersebut, menciptakan ruang untuk diskursus dan perayaan bersama yang mengakui keberadaan perempuan sebagai pilar penting dalam pembangunan masyarakat.

Namun, puncak pengakuan terhadap peran ibu baru benar-benar tercapai pada tahun 1959. Presiden Soekarno, seorang tokoh sentral dalam sejarah Indonesia, mengeluarkan Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 yang menetapkan Hari Ibu sebagai hari nasional. Keputusan ini tidak diambil secara sembarangan; sebaliknya, dekrit ini diterbitkan dalam rangka peringatan ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia 1928. Dengan langkah ini, Presiden Soekarno secara resmi memberikan pengakuan terhadap peran perempuan dalam perjuangan dan perkembangan nasional, menjadikan Hari Ibu bukan sekadar peringatan lokal, tetapi sebuah perayaan nasional yang merayakan keberagaman dan kontribusi perempuan Indonesia dalam membangun negara.

Makna Hari Ibu di Indonesia melampaui sekadar ungkapan terima kasih kepada ibu atas dedikasi dan jasa-jasanya. Perayaan ini dihadirkan sebagai panggilan untuk melibatkan semua pemangku kepentingan dan masyarakat luas dalam memberikan perhatian dan pengakuan akan eksistensi perempuan dalam berbagai bidang pembangunan.

Hari Ibu menjadi sebuah momentum penting untuk merenungkan kembali peran signifikan ibu dalam struktur keluarga dan masyarakat. Sebagaimana ditegaskan dalam perayaan ini, ibu bukanlah sekadar figur dalam kehidupan sehari-hari; ia adalah pilar utama dalam pembentukan karakter dan pandangan dunia anak-anaknya. Sosok ibu bukan hanya penopang kehidupan seorang anak, tetapi juga pelatih pertama yang membimbing mereka melangkah ke dunia luar. Melalui kelembutan dan ketegasannya, ibu menciptakan fondasi yang kokoh untuk generasi penerus.

Lebih lanjut, Hari Ibu memperkokoh kesadaran akan peran krusial ibu dalam menjaga keharmonisan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Ibu bukan hanya bertanggung jawab untuk memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya, tetapi juga turut serta dalam menciptakan lingkungan yang seimbang dan damai. Keberadaannya menghadirkan sentuhan kelembutan di tengah kerasnya kehidupan sehari-hari, membentuk ikatan kekeluargaan yang mengakar kuat.

Baca Juga : Mengarungi Sejarah Hari Nusantara : Inovasi, Kreativitas, dan Cinta Tanah Air

Perayaan Hari Ibu menjadi sarana untuk memahami bahwa perempuan, khususnya ibu, memiliki peran yang tak ternilai dalam menciptakan fondasi sosial yang kokoh. Dengan menghargai eksistensi perempuan, masyarakat diingatkan bahwa kontribusi mereka membentuk dasar keberlanjutan keluarga dan bangsa. Hari Ibu, oleh karena itu, bukan hanya perayaan rutin dalam kalender, melainkan juga sebuah ajakan untuk merenung, menghargai, dan meningkatkan pengakuan terhadap perempuan dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.

Peringatan Hari Ibu di Indonesia tidak hanya dirayakan dengan serangkaian kegiatan tradisional seperti mengucapkan selamat, memberikan hadiah, atau memasak makanan kesukaan ibu. Lebih dari itu, peringatan ini diisi dengan kegiatan yang bersifat edukatif dan pemberdayaan perempuan, seperti seminar, diskusi tentang peran perempuan, dan perlombaan untuk perempuan.

Related posts

Jalur Mandiri Prestasi Universitas Airlangga 2025 Resmi Dibuka, Ini Syarat, Jadwal, dan Ketentuannya!

Imam

Awal Ramadhan 2024 Menurut Prediksi Muhammadiyah

Imam

Mengenal Budaya Jawa Tengah di Mata Dunia

Imam

Leave a Comment