Sinopsis Kupu-Kupu Kertas – Bergulirnya film “Kupu-Kupu Kertas” di bioskop pada 7 Februari 2024 menjadi sorotan bagi para pecinta film Indonesia. Dibintangi oleh Amanda Manopo dan Chicco Kurniawan, dengan sutradara Emil Hardi, film ini berhasil menggabungkan genre romansa dan thriller dengan latar belakang sejarah Indonesia yang kental. Produksi film ini di bawah naungan Denny Siregar Production dan Maxima Picture, menjanjikan pengalaman menonton yang mendalam dan memikat.
Kisah “Kupu-Kupu Kertas” berawal dari cerita cinta yang memilukan antara dua karakter utama, Ning (diperankan oleh Amanda Manopo) dan Ihsan (diperankan oleh Chicco Kurniawan). Ning dan Ihsan berasal dari keluarga dengan latar belakang yang bertentangan; Ihsan berasal dari keluarga Nahdlatul Ulama (NU), sementara Ning adalah anak dari seorang pengikut PKI. Konflik ideologi yang tajam antara NU dan PKI menjadi latar belakang yang menegangkan bagi kisah cinta mereka.
Dalam keadaan yang penuh dengan konflik, Ning dan Ihsan terus berjuang untuk mempertahankan hubungan mereka. Meskipun dihadapkan pada tekanan dari lingkungan dan keluarga mereka masing-masing, mereka tidak menyerah untuk tetap bersama. Perjuangan mereka untuk melampaui perbedaan ideologi yang memisahkan mereka menjadi inti dari cerita ini, menunjukkan kuatnya ikatan cinta yang mereka miliki.
Namun, kisah cinta mereka tidak hanya diwarnai oleh konflik ideologi belaka. Dalam alur cerita yang semakin rumit, ayah Ning, Rekoso (diperankan oleh Iwa K) dan Busok (diperankan oleh Reza Arap), seorang pengikut PKI yang memiliki perasaan terhadap Ning, terlibat dalam kekerasan untuk menguasai tanah. Kekerasan ini mencapai puncaknya ketika mereka menyergap dan membunuh keluarga Ansor, termasuk kakak laki-laki Ihsan, Rasjid, dan rekan-rekannya.
Baca Juga : Kang Mak : Remake Horor Komedi Thailand “Pee Mak” Siap Guncang Layar Lebar Indonesia
Pembunuhan brutal ini menjadi pemicu bagi keluarga Ihsan, yang berasal dari latar belakang NU, untuk membalas dendam dan merencanakan tindakan terhadap PKI. Ketegangan antara kedua kelompok ini semakin memanas ketika berita penculikan seorang jenderal oleh anggota PKI menyebar. Konflik yang semakin membesar ini menguji kekuatan cinta antara Ning dan Ihsan, apakah mereka mampu bertahan di tengah badai konflik yang melanda?
Dengan latar belakang sejarah Indonesia pada tahun 1965, tepatnya di Banyuwangi, “Kupu-Kupu Kertas” menggambarkan betapa rumitnya situasi politik dan sosial pada masa itu. Konflik antara NU dan PKI merupakan cermin dari ketegangan ideologi yang membara di masyarakat, yang pada akhirnya membawa konsekuensi yang tragis bagi banyak orang.
Namun, di tengah kekacauan dan kekerasan, “Kupu-Kupu Kertas” juga menyuguhkan cerita tentang kekuatan cinta yang mampu mengatasi segala rintangan. Ning dan Ihsan adalah simbol dari keteguhan hati dan kesetiaan yang tidak goyah, meskipun dihadapkan pada situasi yang penuh dengan bahaya dan tantangan.
Kehadiran film ini juga menjadi pengingat bagi generasi muda tentang pentingnya memahami sejarah bangsa dan menghargai nilai-nilai persatuan dan toleransi. Melalui cerita ini, penonton diajak untuk merenungkan betapa berharganya perdamaian dan persaudaraan di tengah perbedaan.
Dengan dukungan penuh dari penonton dan kritikus, “Kupu-Kupu Kertas” diharapkan dapat menjadi tonggak baru dalam perfilman Indonesia. Selain menghibur, film ini juga memberikan pesan yang mendalam tentang cinta, keberanian, dan pengorbanan. Karya ini juga menjadi bukti bahwa tema-tema sejarah masih memiliki daya tarik yang kuat bagi penonton modern.