HealthLifestyle

Mengenal Lebih Dekat Kepribadian Anak yang Terbentuk dari Pola Asuh: Narsistik, Dependen, dan Agresif

Mengenal Lebih Dekat Kepribadian Anak yang Terbentuk dari Pola Asuh: Narsistik, Dependen, dan Agresif

Aneka Jateng, Kepribadian AnakSetiap orang tua tentu ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Namun, tanpa disadari, pola asuh yang diterapkan dalam keseharian bisa berdampak besar terhadap perkembangan kepribadian anak. Tidak hanya soal nilai akademis atau prestasi, tapi lebih dalam lagi menyangkut cara anak berperilaku, berpikir, dan membangun hubungan dengan orang lain.

Salah satu hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh cara orang tua memperlakukan dan membimbing mereka sejak dini. Jika pola asuh tidak tepat, bisa muncul karakter atau kepribadian yang menyulitkan anak di masa depan, seperti kepribadian narsistik, dependen, atau bahkan agresif/antisosial.

Kepribadian Narsistik: Ketika Anak Merasa Paling Hebat

Kepribadian anak dengan kecenderungan narsistik biasanya ditandai dengan rasa percaya diri yang sangat tinggi namun tidak realistis. Mereka menganggap dirinya paling unggul, selalu butuh pujian, dan cenderung tidak peduli dengan perasaan orang lain. Kepribadian anak seperti ini sebenarnya bisa terbentuk karena pola asuh yang terlalu sering memuji tanpa dasar dan tidak memberikan batasan yang sehat.

Misalnya, saat anak hanya mendapatkan nilai cukup, tetapi tetap diperlakukan seolah-olah sudah menjadi juara dunia, ia akan merasa bahwa dirinya luar biasa dan layak diperlakukan istimewa kapan pun dan di mana pun.

Sayangnya, kepribadian anak yang berkembang menjadi narsistik ini justru bisa menjadi bumerang bagi hubungan sosial mereka. Mereka cenderung hanya ingin berteman dengan orang yang dianggap setara, tidak bisa menerima kritik, dan sering merasa marah saat tidak mendapatkan perhatian.

Semua ini bisa berasal dari orang tua yang kurang memberikan validasi emosional yang tulus, alias hanya fokus pada pencapaian luar tanpa benar-benar memahami kebutuhan emosional anak. Hal ini mengajarkan kepribadian anak untuk menyamakan nilai dirinya dengan pujian atau kekaguman dari orang lain.

Tidak hanya itu, kepribadian anak yang tumbuh dalam lingkungan permisif—dimana semua keinginannya dituruti tanpa perlu usaha—juga bisa berujung pada karakter narsistik. Anak menjadi tidak terbiasa menghadapi tantangan atau kritik, dan menganggap bahwa semua orang harus melayaninya.

Apalagi jika orang tua sendiri menunjukkan perilaku narsistik, seperti selalu ingin tampil paling hebat, merendahkan orang lain, atau jarang meminta maaf. Anak akan meniru hal tersebut dan menjadikannya bagian dari kepribadian anak yang berkembang hingga dewasa.

Baca Juga : Menguap Bukan Sekadar Ngantuk, Ini Fakta Menarik di Baliknya!

Kepribadian Dependen: Saat Anak Takut Bertindak Tanpa Orang Lain

Kepribadian anak yang dependen biasanya terlihat dari kecenderungan mereka untuk terus bergantung pada orang lain dalam berbagai hal, mulai dari mengambil keputusan hingga menyelesaikan tugas sehari-hari. Kepribadian anak seperti ini bisa terbentuk akibat pola asuh yang terlalu overprotektif atau mengontrol.

Orang tua yang tidak membiarkan anak mencoba dan gagal, justru membuat anak tidak percaya pada kemampuannya sendiri. Akibatnya, anak merasa selalu butuh orang lain untuk bertahan dan menjalani hidupnya.

Pola asuh yang tidak mendorong kemandirian menjadi penyebab utama mengapa kepribadian anak bisa berkembang menjadi dependen. Saat orang tua terus-menerus membantu bahkan dalam hal-hal kecil, seperti mengenakan baju atau menjawab soal PR yang seharusnya bisa dilakukan sendiri, anak tidak pernah belajar mengandalkan dirinya.

Lama-lama, kepribadian anak menjadi takut mencoba sesuatu yang baru karena khawatir gagal atau tidak disetujui. Mereka lebih memilih menyerahkan semuanya pada orang lain daripada mengambil risiko.

Selain itu, pola asuh otoriter yang terlalu kaku juga bisa menciptakan kepribadian anak yang penuh ketakutan untuk bertindak. Terutama jika kontrol tersebut tidak diiringi dengan kehangatan emosional.

Anak yang tumbuh dalam suasana penuh perintah tanpa rasa aman akan menjadi pribadi yang selalu mencari persetujuan dan merasa tidak mampu berdiri sendiri. Dalam jangka panjang, kepribadian anak seperti ini bisa kesulitan dalam membangun kehidupan mandiri, karena mereka selalu merasa tidak cukup baik atau takut ditinggalkan oleh orang yang selama ini menjadi tumpuan mereka.

Baca Juga : Waspada Minum Teh pada Anak, Fakta Penting yang Perlu Diketahui Orang Tua

Related posts

Hasil Sidang Isbat Terbaru! Ini Daftar Negara yang Lebaran Lebih Dulu & yang Harus Puasa Sehari Lagi

Imam

Mengapa Incinerator Penting untuk Pengelolaan Sampah Modern

Imam

Jangan Lupa! Ini Doa, Niat, dan Besaran Zakat Fitrah 2025 yang Wajib Kamu Tahu

Imam

Leave a Comment