Meskipun demikian, pihak pemerintah tetap teguh pada pendiriannya bahwa langkah ini diperlukan untuk melindungi generasi muda dari dampak buruk media sosial.
Albanese mengatakan bahwa aturan tersebut akan diujicobakan melalui program verifikasi usia sebelum diterapkan secara nasional.
Meski belum ada kepastian tentang usia minimum yang akan diberlakukan, Albanese menyebutkan bahwa batas usia tersebut kemungkinan besar akan berada di antara 14 hingga 16 tahun.
Kritik dari Para Ahli Digital dan Hak Asasi Manusia Terhadap Kebijakan Batasan Umur Penggunaan Media Sosial
Sejumlah pihak, termasuk Daniel Angus, direktur dari Queensland University of Technology Digital Media Research Centre, menyuarakan kekhawatiran bahwa pembatasan usia yang terlalu ketat justru bisa menciptakan lebih banyak masalah daripada solusi.
Baca Juga : 3 Destinasi Wisata Populer di Jepang
Angus menyebut langkah ini sebagai tindakan yang “terburu-buru” dan berpotensi “menimbulkan kerugian serius”.
Dia khawatir bahwa jika anak-anak dilarang menggunakan platform populer seperti Instagram atau TikTok, mereka mungkin akan mencari platform lain yang kurang aman dan tidak terawasi dengan baik.
Selain itu, para pendukung hak digital juga menyoroti potensi pelanggaran hak anak-anak dan remaja untuk mengakses informasi dan berpartisipasi dalam kehidupan digital.
Mereka berpendapat bahwa media sosial bisa menjadi alat penting bagi anak-anak, terutama mereka yang berasal dari kelompok marginal seperti LGBTQIA+, untuk menemukan komunitas yang mendukung, mendapatkan informasi yang bermanfaat, dan mengekspresikan identitas mereka.
DIGI, sebuah badan industri yang mewakili platform media sosial, juga mendesak pemerintah untuk berkonsultasi dengan para ahli, termasuk Komisioner eSafety, pakar kesehatan mental, serta kelompok-kelompok yang mewakili masyarakat minoritas, sebelum mengambil keputusan final terkait pembatasan usia ini.
Mereka berpendapat bahwa pendekatan yang lebih seimbang perlu diambil, di mana peran orang tua, sekolah, dan komunitas dalam mendidik anak-anak tentang penggunaan media sosial yang sehat menjadi prioritas.
Batasan Usia Penggunaan Media Sosial, Solusi atau Permasalahan Baru?
Pertanyaan besar yang muncul dari rencana pembatasan usia ini adalah: apakah langkah ini benar-benar akan melindungi anak-anak dari bahaya media sosial, atau justru menciptakan masalah baru?
Di satu sisi, pembatasan usia bisa menjadi langkah penting untuk membatasi paparan anak-anak terhadap konten yang tidak sesuai dan interaksi berbahaya di media sosial.
Namun, di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa pembatasan tersebut hanya akan mendorong anak-anak ke dalam ruang-ruang digital yang lebih tersembunyi dan berbahaya, di mana pengawasan orang tua dan pihak berwenang lebih sulit dilakukan.
Selain itu, banyak yang mempertanyakan apakah batasan usia saja cukup untuk mengatasi masalah ini.
Seperti yang disampaikan oleh sejumlah pakar, solusi yang lebih holistik mungkin dibutuhkan, di mana anak-anak tidak hanya dibatasi dalam penggunaan media sosial, tetapi juga diajarkan cara menggunakan teknologi dengan bijak.
Ini termasuk edukasi tentang keamanan digital, etika online, dan cara mengidentifikasi serta menghindari konten yang berbahaya.
Langkah Australia untuk menetapkan batasan usia minimum pada penggunaan media sosial memang menandai upaya serius pemerintah untuk melindungi generasi muda dari dampak negatif dunia digital.
Namun, seperti halnya dengan setiap kebijakan kontroversial, rencana ini juga memunculkan berbagai tantangan dan pertanyaan.
Bagaimana pemerintah akan menyeimbangkan antara melindungi anak-anak dan menghormati hak mereka untuk berpartisipasi di dunia digital?
Apakah pembatasan usia ini akan efektif, atau justru mendorong munculnya risiko-risiko baru yang lebih sulit dikontrol?
Hanya waktu yang akan menjawab apakah langkah ini benar-benar akan memberikan manfaat jangka panjang bagi anak-anak di Australia. Yang pasti, diskusi tentang dampak media sosial terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan anak-anak masih jauh dari selesai. Dan mungkin, dalam waktu dekat, lebih banyak negara lain akan mengikuti jejak Australia dalam menavigasi tantangan ini di era digital yang semakin kompleks.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Komunitas Griya Edelweiss