Komitmen Bersama: Prioritaskan Nyawa dan Keselamatan

PT Kereta Api Indonesia (Persero) sendiri tidak tinggal diam. Lewat pernyataan resminya, mereka menegaskan bahwa penutupan perlintasan sebidang seperti di Km 7+639 ini adalah bagian dari program jangka panjang untuk meminimalkan titik rawan kecelakaan.
“Keberadaan palang pintu dan penjaga itu hanya alat bantu, bukan jaminan. Keselamatan tetap ada di tangan pengguna jalan,” tegas Luqman Arif. Penutupan ini menjadi langkah konkret yang sejalan dengan misi PT KAI untuk menjaga keselamatan perjalanan Kereta Api Commuter Line (CL) Jenggala dan kereta lainnya.
Baca Juga : Momen Hangat di Tepi Serayu : Silaturahmi Penuh Cinta Keluarga Besar Bani Chasan Lahuri
Menariknya, keputusan ini bukan diambil sepihak. Semua pihak yang berkepentingan, mulai dari KAI, Balai Teknik Perkeretaapian, Dishub, TNI, Polri, hingga perangkat desa di wilayah Tenggulunan, duduk bersama dan menyepakati penutupan demi keselamatan bersama.
Mereka bahkan memastikan bahwa penutupan ini tidak akan menyebabkan gangguan besar bagi mobilitas warga, karena jalur alternatif sudah disiapkan.
Sementara itu, investigasi atas kecelakaan yang menimpa Kereta Api Commuter Line (CL) Jenggala masih terus berlanjut.
Polisi telah memeriksa beberapa saksi mata, termasuk sopir truk, untuk memastikan kronologi kejadian dan mencari tahu siapa yang harus bertanggung jawab secara hukum.
Proses ini penting sebagai bentuk keadilan bagi korban dan sebagai evaluasi bersama agar kejadian tragis seperti ini tidak terulang kembali.
Penumpang Selamat, Tapi Trauma Masih Tertinggal
Meski penumpang Kereta Api Commuter Line (CL) Jenggala semuanya selamat dalam insiden tersebut, namun momen dramatis ini pasti meninggalkan trauma.
Bayangkan saja, mereka yang sedang dalam perjalanan rutin sore hari tiba-tiba mengalami tabrakan keras, lalu melihat kereta berhenti mendadak dengan kondisi bagian depan rusak karena menabrak truk.
Untungnya, masinis dan kru sempat mengambil tindakan cepat untuk menghindari korban lebih banyak.
Beruntung juga karena sopir truk berhasil keluar tepat waktu sebelum tabrakan terjadi, meski truknya ringsek dan harus dievakuasi selama berjam-jam.
Namun tetap saja, kehilangan satu nyawa dalam insiden ini adalah kerugian besar. Apalagi nyawa itu adalah seorang petugas yang sedang menjalankan tugasnya dengan penuh dedikasi dalam perjalanan Kereta Api Commuter Line (CL) Jenggala.
Kejadian ini menjadi cambuk keras bagi kita semua untuk lebih menghargai peraturan dan keselamatan. Tidak ada alasan untuk terburu-buru menerobos perlintasan kereta, apalagi tanpa pengawasan. Karena dalam satu detik kelalaian, nyawa bisa melayang dan meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga dan rekan kerja korban.